Lupakan soal rencana Indonesia yang ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Tak ada yang perlu dikagetkan. Ini menjelang pemilu, Bung. Dan semua politisi berhak mengumbar mimpi. Kita toh telah terbiasa seperti itu, hadir di keseharian kita. Kita melihatnya secara transparan di media massa serta di sepanjang jalan: para calon legislatif - dengan foto diri tentu saja - masyuk mengumbar mimpi.
Lupakan para politisi, mari rileks sejenak dengan kisah-kisah lucu Nasrudin Affandi dalam Humor Sufi. Humor Sufi merupakan karangan Maulana Nasrudin. Di wilayah Uighur, Asia Tengah, namanya ditambah Affandi. Affandi bukan nama sembarangan. Nama ini menandakan ia seorang yang dihormati.
Sebagaimana cerita 1001 malam, Humor Sufi semacam satire yang sangat terkenal di planet bumi ini. Bahkan, di Iran dan Turki, Humor Sufi dijadikan sebagai bahan pelajaran di sekolah.
Inilah tiga dari sekian banyak satire Nasrudin.
Pada suatu hari, Nasrudin Affandi pergi ke pasar. Dia ingin menjual enam ekor keledainya. Hari begitu cerah, secerah hati Nasrudin yang sebentar lagi bakal mendapat uang banyak. Belum lama berjalan, Nasrudin merasa lelah dan segera menaiki seekor keledai. Pasar masih jauh. Keledai-keledai berjalan santai. Iseng-iseng dia menghitung keledainya.
Nasrudin kaget bukan kepalang. Soalnya, dia menghitung keledainya ada lima ekor. Nasrudin spontan melompat dari keledai yang dinaikinya. Dengan cermat, dia menghitung ulang. Dia merasa puas, karena keledainya berjumlah enam ekor. Nasrudin kembali menaiki keledainya, perlahan-lahan menuju pasar. Untuk kedua kali, Nasrudin menghitung binatang bawaanya. Dia lagi-lagi kaget bercampur bingung. "Kok, keledaiku hanya ada lima? Satu lagi ke mana?," gumamnya. Nasrudin turun dari punggung keledai kemudian menghitung.
Seorang rekan Nasrudin melintas di jalan yang sama.
"Dari rumah aku membawa enam ekor keledai. Keenamnya ingin kujual ke pasar. Dalam perjalanan aku menghitung. Waktu kuhitung kok jumlahnya berganti-ganti. Kadang enam, lantas lima, lalu enam, dan coba hitung ini: satu, dua, tiga, empat, lima..."
Teman Nasrudin kemudian berkata,"Bukankah yang satu lagi kau naiki, Nasrudin? Sebenarnya keledaimu bukan enam, tapi tujuh".
"Tujuh? Satu lagi mana?," tanya Nasrudin.
"Keledai yang ketujuh adalah kau!," jawab temannya.
Masih tentang Nasrudin.
Ketika Nasrudin masih muda, ibunya pergi ke suatu tempat dalam waktu yang tak terlalu lama. Sebelum pergi ia memberi pesan, "Nasrudin. Selama kau tinggal sendiri di rumah, jagalah pintu baik - baik. Jangan sampai ada orang masuk. Sekarang ini banyak sekali pencuri."
Meresponi wejangan sang ibu, Nasrudin lantas duduk dekat pintu. Tak lama berselang pamannya datang, hendak beranjangsana. Paman dan keponakan terlibat pembicaraan.
"Ibumu ada di rumah?"
"Tidak ada. Ibu pergi"
"Kalau begitu sampaikan kepada ibumu, petang nanti kami sekeluarga ingin bertemu dengannya. Tolong sampaikan agar ibumu jangan ke mana-mana"
Pamannya kemudian pergi. Nasrudin dilanda kebingungan. Di satu sisi, ibunya memerintahkan supaya dia menjaga pintu rumah baik-baik. Di sisi lain, pamannya minta tolong agar dia menyampaikan kepada ibunya kalau paman dan keluarga mau bertemu. Tanpa pikir panjang, Nasrudin segera membongkar pintu rumah. Pintu rumah itu dia pikul dan selanjutnya pergi menemui ibunya.
Humor Sufi Nasrudin Affandi tak melulu berakhir lucu yang membuat kita tertawa atau geleng-geleng kepala, tapi juga mengingatkan kita bahwa kekuasaan dan jabatan - jika digunakan untuk membodoh-bodohi rakyat - cepat atau lambat pasti runtuh. Tak percaya? Simaklah kisah Nasrudin di bawah ini.
Dalam pengembaraannya, Nasrudin singgah di ibukota kerajaan. Terbetik kabar, Nasrudin menguasai bahasa burung-burung. Kabar tersebut sampai ke telinga raja. Sang raja kemudian memanggil Nasrudin ke istananya yang megah.
Saat itu kebetulan ada seekor burung hantu yang sering berteriak di dekat istana. Bertanyalah raja pada Nasrudin, “Coba katakan, apa yang diucapkan burung hantu itu!”
Nasrudin menatap raja lalu berkata,"Burung hantu itu mengatakan, kalau raja tidak berhenti menyengsarakan rakyat, maka kerajaan baginda akan segera runtuh".
(Hehehe. Para penguasa, berhentilah menyengsarakan rakyat, karena 'burung hantu' ada di sekitar Anda)
Senin, Februari 09, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar