Dia lahir, hidup, mati, kemudian jadi legenda. Melintasi sungai, laut, gunung, lembah, juga pulau-pulau. Tentangnya kemudian, ada sesuatu yang kita petik, yakni, kesuksesan sonder kerja keras dan keyakinan adalah nonsen! Jenghis Khan, tentu saja.
Jenghis Khan, seperti yang ditulis John Man dalam bukunya berjudul Jenghis Khan, Legenda Seorang Penakluk Dari Mongolia, menggambarkan buat kita: Jenghis Ditakdirkan Langit untuk Meraih Kebesaran.
Meski begitu, KEBESARAN Jenghis tidaklah datang begitu saja dari langit, melainkan melalui pergumulan yang panjang. Man - sejarawan Inggris yang menaruh perhatian khusus terhadap Mongolia - menuliskan, saat berusia delapan tahun, Temujin - demikian nama masa kecil Jenghis Khan - dijodohkan oleh ayahnya, Yesugei, dengan Borte, anak pasangan suami istri dari klan Hoelun. Borte setahun lebih tua dari Temujin.
Untuk mengesahkan hubungan itu, Yesugei meninggalkan Temujin bersama calon mertua. Yusugei lalu pulang ke kampungnya, melewati padang rumput yang luas. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan sekelompok orang Tatar yang tengah berpesta. Yesugei ditawari makan dan minum. Yesugei tak menampik, mengingat ini adalah keramahtamahan 'ala' padang rumput.
Setiba di rumah, tiga hari berselang, dia jatuh sakit. Tak lama, Yesugei mangkat. Kecurigaan mengarah kepada orang-orang Tatar. Sebelum bersua ajal, Yesugei menyuruh orang memanggil Temujin.
Dari sinilah sejarah itu bergulir...
Hoelun, istri Yesugei, hidup tanpa seorang pelindung, di tengah alam bebas serta ancaman suku-suku lain. Namun, Hoelun seorang perempuan yang penuh elan. Dia menghidupi anaknya dengan buah maupun umbi dari lereng Burkhan Khaldun di sepanjang tepi sungai Onon. Temujin tumbuh di antara perang antar suku. Situasi menempanya menjadi laki-laki pemberani yang mahir memanah, menunggang kuda, berkelahi. Bakat kepemimpinannya, seiring dengan perjalanan waktu, kian kentara.
Suatu hari, saat Temujin berada di perkemahan Borte, suku Taychiut tiba-tiba menyerang. Penyebabnya, Temujin dianggap ancaman di masa datang. Temujin tertangkap, walau sempat menghirup udara bebas selama sembilan hari. Agar tak kabur, orang yang kelak menjadi penguasa seluruh Eurasia ini dipaksa memakai belenggu kayu berat yang dipasang di leher dan pergelangan tangannya. Temujin berhasil kabur, setelah terlebih dulu memperdaya penjaga. Dia berlari sekuat tenaga, masih dengan belunggu yeng menggandul. Dia kemudian membangun pasukan tempurnya. Memenangi banyak peperangan selanjutnya menjadi pemimpin Mongol: Jenghis Khan. Dia pun menikahi Borte, gadis kecilnya.
Saat kematiannya, 1227, Jenghis menguasai Samudera Pasifik hingga Laut Kaspia. Ini, menurut Man, empat kali lebih besar dari imperium Alexander Yang Agun dan dua kali lebih besar dari wilayah taklukan Kekaisaran Romawi. Penerusnya melanjutkan penaklukan, sampai akhirnya kejayaan Mongol berakhir tahun 1337.
Jenghis adalah tipikal pemimpin yang, selain pekerja keras, jago strategi dan tegas, dia - dengan segala keterbatasan, pun tantangan - tak pernah merasa minder. Dengan kata lain, dia yakin mampu melakukan perkara besar, seperti katanya:
Di Khaldun Keramat
Aku adalah seekor kutu
Tapi aku berhasil lolos
Dan nyawaku terselamatkan
Dengan satu kuda
Mengikuti jejak rusa
Membuat tenda dari kulit kayu
Aku mendaki Khaldun
Di Khaldun keramat
Aku adalah seekor burung layang-layang
Tapi aku dilindungi
(Ayo Tim Merah Putih, bangkit dan jadilah pemenang. Bahkan lebih dari pemenang)